Senin, 13 Juni 2016

Bahaya Antibiotik Pada Ayam Broiler yang Akan Dikonsumsi Manusia

Berawal dari keresahan masyarakat terhadap tingginya penggunaan antibiotik tetrasiklin terhadap ayam broiler yang melebihi ambang batas, mendorong Bekti Sri Utami (FKH 2013), Hana Razanah (FKH 2013), Puspita Diah Pravitasari (FMIPA 2012), Fitri Indah Permata (FKH 2014), Annisa Rizqi Rafrensca (FKH 2014) dari Universitas Brawijaya untuk berkolaborasi berinovasi menciptakan sebuah kit deteksi residu tetrasiklin pada karkas ayam broiler.

Berawal dari keresahan masyarakat terhadap tingginya penggunaan antibiotik tetrasiklin ter Bahaya Antibiotik Pada Ayam Broiler yang Akan Dikonsumsi Manusia

Tetrasiklin merupakan antibiotik yang digunakan sebagai pencegah jerawat penyakit dan pemacu pertumbuhan pada ayam broiler. Tetrasiklin memiliki spektrum luas, artinya tetrasiklin memiliki kemampuan melawan sejumlah basil patogen. Selain itu, tetrasiklin merupakan antibiotika yang murah dan mudah diperoleh.
Baca juga : 5 Manfaat Daging Ayam Bagi Kesehatan

Penggunaan antibiotik apabila menyalahi aturan, akan menjadikan dampak negatif. Dampak dari penggunaan antibiotik pada ayam yaitu akan meninggalkan residu pada karkas ayam dan dapat menjadikan problem resistensi pada konsumen alasannya yaitu jumlah subterapetik yang diterima secara terus-menerus, gangguan terhadap mikroflora normal dalam usus yang dapat mengurangi populasi dan mengeliminasi strain-strain basil baik, menjadikan alergi, hipersensitivitas, dan toksik dalam badan konsumen

Berawal dari keresahan masyarakat terhadap tingginya penggunaan antibiotik tetrasiklin ter Bahaya Antibiotik Pada Ayam Broiler yang Akan Dikonsumsi Manusia
Berawal dari keresahan masyarakat terhadap tingginya penggunaan antibiotik tetrasiklin ter Bahaya Antibiotik Pada Ayam Broiler yang Akan Dikonsumsi Manusia
STARTEC, begitulah nama yang diberikan pada kit deteksi tersebut. STARTEC dapat mendeteksi residu tetrasikiln pada karkas ayam broiler pada konsentrasi tertentu.

“kami menginovasikan alat ini dengan prinsip reaksi antara tetrasiklin dan H2SO4. Karena dengan reaksi tersebut, dapat terlihat adanya perubahan warna. Nah,,, perubahan warna inilah yang kami jadikan indikator deteksi” terang Bekti.

Di bawah bimbingan drh. Dyah Ayu Oktaviane A.P., M.Biotech, alat ini akan terus diteliti dan dikembangkan untuk benar-benar dapat digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Sehingga dapat mencegah konsumen mengkonsumsi tetrasiklin yang melebihi ambang batas dan dapat meningkatkan keamanan pangan asal hewan.

Ditulis oleh : Puspita (puspitadiah95@gmail.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar